Sunday, November 13, 2016

Stasiun Tanjung Priuk dulu dan sekarang

Tadi pagi, Sahabat Museum dan PT KAI (Kereta Api Indonesia) mengadakan kunjungan dan membuat acara "Pesta Peron" berupa bedah bfoto dan pemutaran film. Tampak dalam film Stasiun Tanjung Priuk dulu dan sekarang.

Sunday, September 04, 2016

Keluarga Pengerek Bendera Saat Proklamasi: Ilyas Karim Tak Terlibat Pengibaran.

Keluarga pengerek bendera saat proklamasi, Latief Hendraningrat dan Suhud Sastro Kusumo, meluruskan informasi tentang Ilyas Karim. Ilyas yang mengaku bercelana pendek pada foto legendaris pengerekan bendera saat proklamasi kemerdekaan, dikatakan keluarga Latief dan Suhud, tak terlibat. "Dalam foto di Museum Juang, tertulis nama pengibar bendera adalah Kolonel Latief dan Suhud. Itu institusi yang resmi yang mengeluarkannya. Cek saja di sana," demikian kata Irawan Suhud, putera kelima Suhud Sastro Kusumo. Irawan Suhud mengatakan hal itu di Caffe Bene, Lotte Shopping Avenue, Jl Prof Dr Satrio, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (3/9/2016). Irawan saat itu didampingi Citro Seno Hendraningrat, putra ketiga Kolonel Abdul Latief Hendraningrat, serta Nidjo Sandjojo, menantu Latief Hendraningrat yang juga penulis buku "Abdul Latief Hendradiningrat, Sang Pengibar Bendera Pusaka 17 Agustus 1945". Irawan melanjutkan, dia pernah mendengarkan cerita ayahnya saat menjadi pengibar bendera pada 17 Agustus 1945. "Ayah saya pernah cerita, ayah saya memang tidak ingin diekspos. Beberapa kali dia meminta bercerita oleh orang lain atau media, tapi tidak mau. 'Saya (Suhud) di situ karena kebetulan saya di situ. Jadi siapa saja sebenarnya bisa. Pak Sudiro yang minta. Dia mempersiapkan bambunya dan segala macam'," lanjut Irawan menirukan sebagian cerita ayahnya. Irawan juga mengetahui kiprah ayahnya itu dari rekaman wawancaranya dengan RRI tahun 1995, setelah ayahnya meninggal tahun 1986. Saat itu, Irawan mengetahui ayahnya mengibarkan bendera saat proklamasi berusia 25 tahun, karena lahirnya diketahui tahun 1920. Sedangkan Nidjo, menantu Latief yang juga penulis buku ayah menantunya sebagai pengibar bendera pusaka mengatakan, Ilyas Karim mulai muncul dan mengaku sebagai pengibar bendera pusaka saat Proklamasi, pada tahun 2008 lalu. "Saya mengecek di Kemenhan, sampai saya cek di Dinas Sejarah TNI AD. Lihat dari umur, umur Ilyas 89, mengaku mengibarkan bendera saat 18 tahun. Semua anggota TNI punya NRP (Nomor Registrasi Pokok). Semua pensiunan dibayar oleh Asabri (Asuransi ABRI). Kalau dia dapat tunjangan, tunjangan dari mana? Kalau dari Asabri, nggak ada namanya," jelas Nidjo. Nidjo menambahkan dirinya juga alumni tentara tahun 1976 dan masih memiliki data pensiunan ABRI saat itu. "Saya dulu kerja di Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kemhan, yang mengelola data tentang pertahanan, termasuk yang mengurusi data pensiun. Saya punya data Pak Ilyas Karim," jelasnya. Data pensiunan ABRI yang dipaparkan Ilyas Karim, menurut Nidjo, adalah punya orang lain. "Ilyas Karim pensiun nomor ini, punya nomor orang Lain. Sebenarnya itu miliknya orang lain. Itu diragukan kalau dia mengaku letkol, di Senen juga bisa beli seragam. NRP yang dipakai Pak Ilyas Karim itu 13685. Itu sebenarnya NRP Letda Sjair," ungkapnya. Nidjo menambahkan, Latief pernah menuliskan pengalaman pribadinya sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ayah menantunya itu menuliskan nama Suhud. "Ketika Bung Karno selesai membacakan Proklamasi, tiba-tiba seorang pemuda dan seseorang pemudi datang berbaris kedepannya. Sang pemudi membawa baki berisikan sang dwi warna yang dilipat dengan rapih. Sang pemuda kami kenal bernama Suhud, sang pemudi tidak saya kenal," kata Nidjo menuturkan tulisan Latief. Irawan Suhud kembali menambahkan, keluarganya dan keluarga Latief tidak masalah bila Ilyas Karim mengaku pejuang, namun keberatan bila mengaku pengibar bendera. "Yang mengibarkan bendera ini adalah ayah kami. Kami nggak masalah kalau dia mengaku pejuang. Tapi keberatan kalau mengaku pengibar bendera," tuturnya. Suhud, ditambahkan Irawan bukan dari satuan Pembela Tanah Air (Peta) namun dari Barisan Pelopor. Pihaknya berkeberatan atas pengakuan Ilyas Karim, terlebih bila pengakuan itu dilakukan untuk mendapatkan sejumlah keuntungan. "Barisan Pelopor itu pengawal soekarno. Ilyas Karim mengatasnamakan orangtua kami, entah untuk apa, maka kami akan meluruskan. Kalau akhirnya ada untuk keuntungan, kami keberatan. Kan ada yang nggak tahu muka ayah saya. Kami keberatan kalau (Ilyas Karim) mengatasnamakan pengibar bendera," tandas dia. Sumber tulisan Detik.com.Arief Ikhsanudin - detikNews

Sunday, May 22, 2016

Orang Belanda melihat Hindia dari arah laut

Demikianlah Belanda mulai dari VOC sampai Hindia Belanda dibawah Van Mook melihat Indonesia. Maka perhatian pada teluk Jakarta amat besar. Ini untuk kepentingan dagang tentunya. Perkapalan Belanda nomer satu baik lintas internasional maupun antar pulau di Indonesia. Tapi apakah Belanda juga berpikir reklamasi ? Tentu saja kalau perlu, tapi utamanya pendalaman laut pelabuhan. Tanjung Priuk dibangun lebih dahulu dengan mengeruk sedalam mungkin ?

Thursday, May 19, 2016

Presiden Soeharto ke Amerika Serikat 1970

Dari peristiwa yang telah berlalu. Dua tahun sejak diangkat menjadi Presiden ke-2 RI oleh MPRS pada 1968, Soeharto pada tanggal 26 Mei 1970 melawat ke Amerika Serikat. Ketika bertemu dengan Presiden AS Richard M Nixon, Soeharto menceritakan perkembangan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang secara strategis sudah dilumpuhkan. Demikian isi transkrip pembicaraan antara Nixon dan Soeharto di Gedung Putih, 26 Mei 1970, yang dirilis kembali oleh situs Indoleaks. Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger hadir dalam pertemuan pukul 10.45 waktu setempat tersebut. Namun, dalam dokumen yang dicap "Super Rahasia dan Sensitif" itu, Kissinger hanya sedikit sekali berbicara. Dialog lebih didominasi oleh Nixon dan Soeharto secara bergantian. Seperti tertera di dokumen yang diunduh detikcom<\/strong>, Selasa (14\/12\/2010), Soeharto 'melaporkan' mengenai keadaan di Indonesia di awal-awal kekuasaannya. Menurut Soeharto, Indonesia telah mencapai rehabilitasi dan stabilisasi sesuai target waktu yang ditetapkan. Namun, lanjut Soeharto, semua orang merindukan akan percepatan dalam pembangunan ekonomi. Apabila hal itu tidak terjadi, isu-isu kebangkitan komunisme akan menjadi lebih kritis. Mendengar uraian mantan Pangkostrad tersebut, Nixon lalu bertanya bagaimana kekuatan kelompok komunis pada saat itu dan apakah sudah berada di bawah kendali?  "Secara strategis, kekuatan mereka dapat dikatakan telah dihapuskan," ucap Soeharto. Kepada presiden negara musuh utama komunisme tersebut, Soeharto mengatakan, tokoh-tokoh penggerak PKI, yang berjumlah 10 persen dari 3 juta anggota partai tersebut, masih berkeliaran. Namun, puluhan ribu simpatisan partai pimpinan DN Aidit itu telah diinterogasi dan masuk penjara. Nixon bertanya lagi apakah ideologi komunisme juga berpengaruh ke kalangan mahasiswa? Soeharto menjawab, gerakan mahasiswa telah sepenuhnya berpihak kepada pemerintah orde baru. Mereka telah menerima berbagai indoktrinasi ide-ide orde baru di bawah pemerintahannya. "Para mahasiswa lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan di bidang pertanian,  kesehatan dan sosial di tingkat desa," cetus jenderal Angkatan Darat itu. Sumber: http://news.detik.com/berita/1524397/indoleaks-bertemu-nixon-1970-soeharto-cerita-pki-telah-dilumpuhkan

Friday, February 12, 2016

PSI berdiri

Partai Sosialis Indonesia, disingkat PSI, adalah sebuah partai politik yang ada di Indonesia. Partai ini berhaluan kiri dan menganut ideologi sosialisme. Cikal bakal PSI adalah Partai Sosialis yang diketuai oleh Amir Syarifuddin dan Partai Rakyat Sosialis (PARAS) yang didirikan oleh Sutan Syahrir yang kemudian bergabung dengan nama Partai Sosialis. Partai Sosialis inilah yang sejak bulan November 1945 sampai pertengahan tahun 1947 menguasai kabinet, yaitu Kabinet Syahrir I, II, dan III serta Kabinet Amir Syarifuddin I dan II. Ketika terjadi keretakan antara kelompok Syahrir dengan kelompok Amir Syarifuddin, Syahrir memilih untuk membentuk partai baru, yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI), pada tanggal 12 Februari 1948. PSI berlandaskan sosialisme yang disandarkan pada ajaran Karl Marx dan Friedrich Engels untuk menuju masyarakat sosialis yang berdasarkan kerakyatan. Partai ini menentang sistem diktatur proletariat yang diterapkan di Uni Soviet dan negara-negara sosialis lainnya. Sosialisme kerakyatan yang dimaksudkan PSI adalah sosialisme yang menjunjung tinggi derajat kemanusiaan dengan mengakui dan menjunjung persamaan derajat setiap manusia yang menghargai pribadi seseorang dalam pikiran serta dalam pelaksanaan sosialisme.

Friday, February 05, 2016